Minggu, 08 September 2013

UJI BIOKIMIA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Aktivitas kimiawi sel yang dilakukan oleh bakteri sangatlah rumit. Pada dasarnya aktivitas kimiawi sel bakteri seperti metabolisme dilakukan dengan bantuan katalisator. Dalam hal ini, katalisator yang digunakan adalah biokatalisator yaitu enzim. Enzim ini akan membantu bakteri dalam hal seperti kegiatan fisiologis meliputi penyusunan zat organik, pencernaan makanan, pembongkaran dan zat makanan. Adanya tipe enzim tertentu dalam baketri akan membuat bakteri tersebut spesifik terhadap substrat tertentu, sehingga dapat pula dilakukan untuk menguji sifat bakteri (Waluyo,2007). Misal, pada Bacillus subtilis memiliki enzim amilase yang digunakan untuk menghidrolisis pati (Clifton, 1958).
Selain aktivitas tersebut pada bakteri juga dilakukan aktivitas yang disebut respirasi aerob. Dalam respirasi ini molekul kompleks seperti lipid, protein, dan karbohidrat akan dirombak menjadi senyawa turunannya seperti asam lemak, asam amino, dan monosakarida. Setelah itu turunan dari senyawa komplek tersebut akan didegradasi menjadi senyawa yang disebut piruvat. Dalam proses ini akan melepaskan energi yang dibutuhkan oleh bakteri. Proses ini hanya dapat terjadi dalam kondisi beroksigen, karena itu disebut respirasi aerob. Dan bakteri yang memiliki kemampuan untuk melakukan proses respirasi dan hidup di lingkungan beroksigen disebut bakteri aerob (Prescott et.al.,2008).
Bakteri dalam kondisi lingkungan minim oksigen maupun tanpa oksigen dapat melakukan aktifitas seperti fermentasi untuk mendapatkan energinya. Fermentasi adalah proses memproduksi energi dengan menggunakan bahan organic sebagai donor dan aseptor electron. Bakteri fakultatif anaerob dan  obligat anaerob dapat melakukan berbagai tipe fermentasi, seperti fermentasi asam laktat, fermentasi alkohol, dan sebagainya (Pelczar et.al, 1997).
Selain itu ada juga bakteri yang menggunakan nitrat sebagai elektron, yang disebut sebagai Nitrifying bacteria. Energi akan terbentuk pada saat proses oksidasi nitrat. Dalam hal ini bakteri nitrogen akan menggunakan aseptor lalu melepaskan nitrogen ke atmosfer (Salle, 1961). Berdasarkan hal di atas maka perlu dilakukan uji biokimia

B.     Tujuan
Adapun praktikum uji biokimia ini bertujuan  untuk mengidentifikasi bakteri melalui uji biokimia.

C.    Manfaat
Dengan adanya praktikum uji biokimia ini diharapkan kita mampu mengidentifikasi bakteri, dan mencegah penularan bakteri Escherichia coli dan Staphylococccus aureus.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Metabolisme merupakan reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada makhluk hidup. Proses metabolisme dibedakan menjadi dua jenis yaitu anabolisme dan katabolisme. Anabolisme (Biosintesis) yaitu reaksi biokimia yang merakit molekul-molekul sederhana menjadi molekul-molekul  yang lebih kompleks. Misalnya pembentukkan protein dari asam amino. Secara umum proses anabolik membutuhkan energi. Sedangkan katabolisme yaitu reaksi biokimia yang memecah atau menguraikan molekul-molekul  kompleks menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana. Proses katabolik melepaskan energi yang dibutuhkan oleh sel (Waluyo, 2007).
E.coli adalah suatu bakteri gram negatif berbentuk batang, bersifat anaerobic fakultatif, dan mempunyai flagella peritrikat. E. coli dibedakan atas sifat serologinya berdasarkan antigen O (somatic), K (kapsul) dan H (flagella) (Fardiaz,1992).
Medium selektif yang dapat digunakan untuk mengisolasi E.coli misalnya DHL (Desoxycholate Hydrogen Sulfide Lactose) agar atau MacConkey Agar. Koloni E.coli pada DHL dan MacConkey Agar berwarna merah dan dikelilingi oleh areal yang menunjukkan pengendapan bile. E.coli akan menfermentasi laktosa di dalam medium menjadi asam, sehingga mengakibatkan terjadinya pengendapan bile dan penyerapan indikator merah netral (Fardiaz,1992).
Uji-uji biokimia yang dilakukan terhadap  E.coli termasuk karakteristik   pertumbuhan pada agar TSI (Triple Sugar Iron) dan agar SIM (Sulfite Indole Motility) atau LIM (Lysine Indole Motility).  Uji-uji biokimia ditujukan untuk menunjukkan E.coli dan bakteri-bakteri lainnya yang mempunyai sifat-sifat hampir sama, yaitu Klebsiella dan Enterobacter (Fardiaz,1992).


Berikut beberapa uji Biokimia yang digunakan untuk identifikasi bakteri antara lain :
1.   MR-VP
a.       Uji MR
Hasilnya positif, terjadi perubahan warna menjadi merah setelah ditambahkan methyl red. Artinya, bakteri ini mengahasilkan asam campuran (metilen glikon) dari proses fermentasi glukosa yang terkandung  dalam medium MR-VP. Terbentuknya asam campuran pada media akan menurunkan pH sampai 5,0 atau kurang, oleh karena itu bila indikator metil ditambahkan pada biakan tersebut dengan pH seredndah itu maka indikator tersebut menjkadi merah. Hal ini menandakan bahwa bakteri ini peragi asam campuran(Anonim, 2008).
b.      Uji VP
Hasilnya negatif, karena tidak terbentuk warna merah pada medium setelah ditambahkan α-napthol dan KOH, artinya hasil akhir fermentasi bakteri ini bukan asetil metil karbinol (asetolin)  (Anonim, 2008).
2.    SIM
Hasil yang diperoleh pada uji ini adalah positif, hal ini terlihat adanya penyebaran yang berwarna putih seperti akar disekitar inokulasi. Hal ini menunjukan adanya pergerakan dari bakteri yang diinokulasikan, yang berarti bahwa bakteri ini memiliki flagella. Dari uji juga terlihat ada warna hitam, yang berarti bakteri ini menghasilkan Hidrogen Sulfit (H2S) (Anonim, 2008).

3.      Simmons Citrate
Hasil uji sitrat yang diperoleh negatif, yang ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna. Artinya bakteri ini tidak mempunyai enzim sitrat permiase yaitu enzim spesifik yang membawa sitrat ke dalam sel(Anonim, 2008). 

4.   Uji gula-gula(Glukosa, Laktosa, Sukrosa dan Manitol)

Uji ini dilakukan untuk mengindetifikasi bakteri yang mampu memfermentasikan karbohidrat. Pada uji gula-gula hanya terjadi perubahan warna pada media glukosa yang berubah menjadi warna kuning, artinya bakteri ini membentuk asam dari fermentasi glukosa. Pada media glukosa juga terbentuk gelembung pada tabung durham yang diletakan terbalik didalam tabung media, artinya hasil fermentasi berbentuk gas(Anonim, 2008)
BAB V
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari hasil praktikum uji biokimia adalah :
1.            Bakteri  Escherichia coli  merupakan bakteri anaerob fakultatif yang mampu hidup pada kondisi aerob maupun anaerob, tidak memiliki enzim sitrat permiase, pada fermentasi tidak menghasilkan metilen glikon dan asetolin. Dan bakteri ini mampu mengfermentasikan karbohidrat dari golongan Glukosa, Laktosa, Maltosa, dan Manitol.
2.            Sedangkan bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri anaerob fakultatif, memiliki flagella, tidak memiliki enzim sitrat permiase, pada fermentasi meghasilkan metilen glikon dan asetolin. Dan bakteri ini mampu melakukan fermentasi terhadap karbohidrat dari golongan Glukosa, Laktosa, Sukrosa, Manosa dan Manitol.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2008: http://hafizluengdaneun.multiply.com/journal/item/1/Laporan_Koasistensi_Mikrobiologi_ , diakses pada 7 April 2012, pukul 12.22 Wita.

Cliffton, C.E., 1950. Introduction to the bacteria. McGraw-Hill Book Company, Inc.

M. Guli, Musjaya, 2012, Penuntun Praktikum Agent Penyakit, Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Tadulako. Palu

Pelczar, M.J.Jr, E. C. S Chan, and N. R. Krieg.1997. Microbiology. McGraw-Hill Book Company Inc. New York.

Prescott, L. M, J. P. Harley, dan D. A. Klein. 2008. Microbiology. 7th Ed. McGraw-Hill Book Company Inc. USA.

Salle, A. J. 1961. Fundamental Principles of Bacteriology. 5 th Ed McGraw-Hill Book Company. New York.

Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Jumat, 06 September 2013

ISOLASI FLORA NORMAL

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Di tubuh manusia terdapat mikroorganisme yang menguntungkan dan merugikan. Meskipun seseorang mandi lima kali sehari dan rajin merawat kulit di salon kecantikan, dijamin tak ada kulit yang seratus persen bebas dari mikroorganisme atau yang lebih dikenal dengan sebutan kuman. Tidak hanya di kulit, mikroba terdapat diseluruh bagian tubuh manusia baik di luar tubuh, maupun dalam tubuh, seperti mulut, telinga, hidung, maupun usus (Musjaya, 2012).
Pada hewan yang sehat, jaringan  internalnya, misalnya darah, otak, otot, dll, biasanya bebas dari mikroorganisme. Namun, jaringan permukaan, yaitu kulit dan selaput lendir, yang terus-menerus berhubungan dengan lingkungan hidup organisme dan menjadi mudah dijajah oleh berbagai jenis mikroba. Campuran organisme secara teratur ditemukan pada setiap situs anatomi disebut sebagai flora normal, kecuali oleh para peneliti di lapangan yang lebih suka istilah "pribumi mikroba". Flora normal manusia terdiri dari beberapa eucaryotic jamur dan protista, tetapi bakteri yang paling banyak dan jelas komponen mikroba flora normal (anonim, 2010).
Mikroflora normal merupakan sekumpulan mikroorganisme yang hidup pada kulit dan selaput lendir (mukosa) pada manusia normal dan sehat. Mikroflora normal pada kulit dapat dibagi menjadi :
a.    Flora tetap (Resident Flora)
b.   Flora sementara (Transient Flora)
Beberapa bakteri cenderung hidup permanen di kulit, yang terdiri atas empat genus, yaitu Staphylococcus, Streptococcus, Propionibacteria, dan Corynebacteria (Musjaya, 2012).
B.     TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk :
1.            Untuk mengetahui tehnik isolasi flora normal
2.            Untuk mengetahui biakkan murni
3.            Untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan bakteri dan jamur pada kulit, mulut, rambut, selangkangan dan nafas

C.    MANFAAT
Dengan adanya praktikum ini, diharapkan kita dapat mengidentifikasi bakteri dan jamur, serta kita dapat melakukan pencegahan terhadap infeksi bakteri dan jamur.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Manusia secara konstan berhubungan dengan beribu-ribu mikroorganisme. Mikroba tidak hanya terdapat dilingkungan, tetapi juga menghuni tubuh manusia. Mikroba yang secara alamiah menghuni tubuh manusia disebut flora normal, atau mikroba (Pelczar, 2008).
Selain itu juga disebutkan bahwa, flora normal adalah kumpulan mikroorganisme yang secara alami terdapat pada tubuh manusia normal dan sehat. Kebanyakan flora normal yang terdapat pada tubuh manusia adalah dari jenis bakteri. Namun beberapa virus, jamur, dan protozoa juga dapat ditemukan pada orang sehat (anonim, 2010).
Mikroba pada tubuh manusia yang sehat perlu diketahui karena alasan-alasan berikut:
1.      Diketahuinya hal ini dapat membantu menduga macam infeksi yang mungkin timbul setelah terjadinya kerusakan jaringan pada situs-situs yang khusus.
2.      Hal ini memberikan petunjuk mengenai kemungkinan sumber dan pentingnya mikroorganisme yang teramati pada beberapa infeksi klinis. Sebagai contoh, Escherichia coli tidak berbahaya di dalam usus tetapi bila memasuki kandung kemih dapat menyebabkan sistitis, suatu peradangan pada selaput lendir organ ini.
3.      Hal ini dapat membuat kita menaruh perhatian lebih besar terhadap infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang merupakan mikroba normal atau asli pada inang manusia (Pelczar, 2008).

 Flora normal biasanya ditemukan di bagian-bagian tubuh manusia yang kontak langsung dengan lingkungan misalnya kulit, hidung, mulut, usus, saluran urogenital, mata, dan telinga. Organ-organ dan jaringan biasanya steril (anonim, 2008).

1.       Kulit
Kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri dari udara atau dari benda-benda, tetapi kebanyakan bakteri ini tidak tumbuh pa.da kulit karena kulit tidak sesuai untuk pertumbuhannya (Pelczar 2008)
Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang seakan-akan bersisik (lapisan luar epidermis), membentuk koloni pada permukaan sel-sel mati. Kebanyakan bakteri ini adalah spesies Staphylococcus  seperti  S. epidermidis dan S. aureus serta sianobakteri aerobic. Jauh di dalam kelenjar lemak dijumpai bakteri-bakteri anaerobik lipofilik, seperti Propionibacterium acnes, penyebab jerawat (Pelczar, 2008)
2.      Hidung dan Nasofaring (“nasopharynx”)
Flora utama hidung terdiri dari corinebakteria, staphylococus  seperti S. epidermidis, S. aureus serta streptococcus (Jawetz, 2005).
Didalam hulu kerongkongan hidung, dapat juga dijumpai bakteri Branhamella catarrhalis  dan Haemophilus influenzae  (Pelczar, 2008).
3.      Mulut
Kelembapan yang paling tinggi, adanya makanan terlarut secara konstan dan juga partikel-partikel kecil makanan membuat mulut merupakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri. Mikroba mulut atau rongga mulut sangat beragam; banyak bergantung pada kesehatan pribadi masing-masing individu (Pelczar, 2008).
Beberapa jam sesudah lahir, terdapat peningkatan jumlah mikroorganisme sedemikian sehingga di dalam waktu beberapa hari spesies bakteri yang khas bagi rongga mulut menjadi mantap. Jasad-jasad renik ini tergolong ke dalam genus Streptococcus, Neisseria, Veillonella,  Actinomyces, dan Lactobacillus (Pelczar, 2008).



4.      Saluran Kemih Kelamin
Pada orang sehat, ginjal, ureter dan kandung kemih bebas dari mikroorganisme, namun bakteri pada umunya dijumpai pada uretra bagian bawah baik pada pria maupun wanita. Tetapi jumlahnya berkurang di dekat kandung kemih, agaknya disebabkan efek antibakterial yang dilancarkan oleh selaput lendir uretra dan seringnya epitelium terbilas oleh air seni. Ciri populasi ini berubah menurut variasi daur haid. Penghuni utama vagina dewasa adalah Lactobacillus yang toleran terhadap asam. Bakteri ini mengubah glikogen yang dihasilkan epitelium vagina, dan di dalam proses tesebut menghasilkan asam. Penumpukan glikogen pada dinding vagina disebakan oleh kegiatan indung telur. Sebagai akibat perombakan glikogen, maka pH di dalam vagina terpelihara pada sekitar 4.4 sampai 4,6. Mikrooganisme yang mampu berkembang baik pada pH rendah ini dijumpai di dalam vagina dan mencakup enterococus, Candida albicans (Pelczar, 2008).

Jamur merupakan  kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur umumnya bersifat uniseluler (bersel banyak). Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Jamur memperoleh makanan dengan cara menyerap zat organik dari lingkungannya (anonim, 2008).

BAB V
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang telah didapatkan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.       Isolasi mikroba merupakan aktivitas untuk menumbuhkan mikroorganisme di luar dari lingkungan alaminya.
2.       Biakan murni adalah biakan yang terdiri atas satu spesies yang ditumbuhkan dalam medium buatan.
3.      Mikroba yang tumbuh pada medium NA adalah hanya bakteri, sedangkan mikroba yang tumbuh pada medium PDA adalah kapang dan khamir.

















DAFTAR PUSTAKA
Jeweltz,Melnick. 2005 Mikrobiologi Kedokteran (Medical Microbiology). Salemba Medika, Jakarta
M. Guli, Musjaya. 2012. Penuntun Praktikum Agent Penyakit. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Tadulako. Palu
Pelczar. Michael. J. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia, Jakarta.
http//messoffaword press/2012 diakses hari kamis (22 maret 2012, 21:32)
http//pemburu mikroba.blogspot.com/2012 diakses hari kamis (22 maret 2012, 21:15)

Kamis, 05 September 2013

SEJARAH KESEHATAN MASYARAKAT




METODOLOGI YUNANI

      Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari 2 tokoh metologi Yunani, yakni Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik.
     Higeia, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai isterinya juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan / penanganan masalah kesehatan adalah, Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. Sedangkan Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan melalui “hidup seimbang”, menghindari makanan / minuman beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melakukan olahraga.
     Apabila orang yang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik daripada dengan pengobatan / pembedahan.
     Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, akhirnya muncul 2 aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial.
     Sedangkan kelompok kedua, seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit. Kedalam kelompok ini termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang.
      Dalam perkembangan selanjutnya maka seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative health care) dan pelayanan pencegahan atau preventif (preventive health care). Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut.
     Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh. Sedangkan pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan) masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat (sasaran) lebih bersifat kemitraan tidak seperti antara dokter-pasien.
      Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti misalnya dokter yang menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah kesehatan adalah adanya penyakit. Sedangkan kelompok preventif lebih mengutamakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu pasien datang di kantor atau di tempat praktek mereka, tetapi harus turun ke masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan tindakan.
        Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial, padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya. Sedangkan pendekatan preventif melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya sistem biologi individual tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan demikian pendekatannya pun tidak individual dan parsial tetapi harus secara menyeluruh atau holistik.

Perkembangan Kesehatan Masyarakat

Periode sebelum ilmu pengetahuan (Zaman Romawi dan Yunani serta Zaman pertengahan)
     Pada periode ini masyarakat belum terlalu memahami arti pentingnya kesehatan dalam kehidupannya dalam sehari-hari, ini ditandai dengan adanya peraturan tertulis yang mengatur pembuangan limbah kotoran yang tujuan awalnya tidak untuk kesehatan tetapi karena limbah menimbulkan bau tidak sedap. Namun lama-lama mereka makin menyadari pentingnya kesehatan masyarakat setelah timbulnya berbagai macam penyakit menular menyerang sebagian penduduk dan menjadi epidemi bahkan telah menjadi endemi. Contohnya kolera namun upaya pemecahan masalah secara menyeluruh belum dilakukan.
Periode ilmu pengetahuan (Abad 18-19 dan Abad ke 20)
     Periode ini masalah penyakit merupakan masalah yang komplek, sehingga jika pada periode sebelum ilmu pengetahuan belum ditemukan pemecahan masalah, pada periode ini mulai ditemukann penyebab-penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah, ini dibuktikan Lous Pasteur menemukan vaksin pencegah cacar. Josep Lister menemukan asam karbol untuk sterilisasi ruang operasi dan William Marton menemukan ether sebagai anestesi pada waktu operasi. Penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah pun mulai digalakkan. Ini dibukatikan dengan telah dikembangkannya pendidikan tenaga kesehatan profesional oleh seorang pedagang wiski dari baltimor Amerika dengan berdirinya universitas serta pemerintah Amerika membentuk departemen kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk, juga perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan.

Kesehatan Masyarakat Sebelum Ilmu Pengetahuan

Zaman Romawi dan Yunani kuno (BC), diketemukan dokomen tertulis yang mengindikasikan:

  • Adanya upaya penanggulangan penyakit
  • Adanya peraturan tertulis tentang pemukiman, pembuangan air limbah dan sistem drainase, air minum, pembuangan tinja, dsb, walaupun bukan kerena alasan kesehatan, melainkan untuk estetika.
  • Adanya keharusan dari pemerintah kerajaan untuk peninjauanan warung-warung minuman (public bar), rumah makan, dsb.
Zaman Pertengahan (Abad ke 1-7):

  • Beberapa penyakit menular mulai menyerang penduduk dunia (typhus, kolera, pes, dsb).
Zaman pertengahan (abad 8-18):

  • Tahun 1340 terjadi wabah pes paling dahyat di Cina, India dan Mesir. Tercatat 13.000.000 orang meninggal karena wabah pes, dan 60.000.000 orang meninggal untuk seluruh dunia. Sehingga masa itu disebut “the black death”.
  • Sementara itu wabah kolera, typhus dan disentri masih berlangsung sampai abad ke 18.
  • Upaya upaya penaggulangan penyakit menular secara menyeluruh dan sistematis hampir dikatakan belum ada.
Kesehatan Masyarakat Periode Ilmu Pengetahuan

Abad bangkitnya ilmu pengetahuan dimulai pada akhir abad ke 18 dan awal abad ke 19, termasuk ilmu kesehatan (kedokteran dan kesehatan masyarakat). Apabila sebelumnya masalah kesehatan, utamanya penyakit hanya dilihat sebagi fenomena biologis, kemudian bergeser kefenomena sosial yang kompleks. Apabila sebelumnya pendekatan terhadap masalah kesehatan hanya dari satu segi (sektor) saja, kemudian bergeser kependekatan yang multisektoral.

  • Ditemukannya vaksin pencegah cacar oleh Louis Pasteur, asam karbol (asam karbol ) untuk sterilisasi ruang operasi oleh Joseph Lister, dan eter sebagai anestesi oleh Wiliam Marton. Tahun 1832 terjadi epidemi kolera di Inggris, terutama didaerah perkotaan. Kemudian Edwin Chardwich seorang ilmuwan sosial melakukan penyelidikan. Hasil penyelidikannya menyimpulkan bahwa penyebab wabah kolera ini adalah karena sanitasi lingungan penduduk kota yang sangat buruk, pekerja perkotaan yang upahnya sangat rendah, gizi masyarakat rendah.
  • Hasil penyelidikan Chardwich ini dianalisis dan disajikan dengan baik dan sahih. Berdasarkan laporan Charwich ini akhirnya Parlemen Inggris mengeluarkan UU yang mengatur tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat kerja (pabrik), sanitasi tempat umum, dsb.
  • Tahun 1848, Jons Simon diangkat sebagai menteri untuk menangani kesehatan penduduk (masyrakat). Pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20, di Inggris dan negara-negara Eropa lainnya,dan Amerika mulai dibuka pendidikan bagi tenaga-tenaga kesehatan untuk kesehatan masyarakat (publik).
  • Pada tahun 1894 John Hopkins seorang pedagang wiski mempelopori mendirikan Universitas, yang didalamnya terdapat program studi kedokteran dan “public health”. Pada tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Kementerian Kesehatan yang pertama kali, yang didalamnya terdapat bagian yang menangani kesehatan masyarakat (publik).
  • Tahun 1872 dibentuk asosiasi dari para akademisi dan praktisi Kesehatan Masyarakat, yang disebut “American Public Health Association”.
Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia


  • Abad Ke-16 
Pemerintahan Belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Sehingga berawal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
  • Tahun 1807 
Pemerintahan Jendral Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka upaya penurunan angka kematian bayi pada waktu itu, tetapi tidak berlangsung lama, karena langkanya tenaga pelatih.
  • Tahun 1888 
Berdiri pusat laboratorium kedokteran di Bandung, yang kemudian berkembang pada tahun-tahun berikutnya di Medan, Semarang, surabaya, dan Yogyakarta. Laboratorium ini menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar, gizi dan sanitasi.
  • Tahun 1925 
Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan) penyuluhan kesehatan di Purwokerto, Banyumas, karena tingginya angka kematian dan kesakitan.
  • Tahun 1927 
STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya UI tahun 1947 berubah menjadi FKUI. Sekolah dokter tersebut punya andil besar dalam menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia.
  • Tahun 1930 
Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan.
  • Tahun 1935 
Dilakukan program pemberantasan pes, karena terjadi epidemi, dengan penyemprotan DDT dan vaksinasi massal.
  • Tahun 1951 
Diperkenalkannya konsep Bandung (Bandung Plan) oleh Dr.Y. Leimena dan dr. Patah (yang kemudian dikenal dengan Patah-Leimena), yang intinya bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO. Diyakini bahwa gagasan inilah yang kemudian dirumuskan sebagai konsep pengembangan sistem pelayanan kesehatan tingkat primer dengan membentuk unit-unit organisasi fungsional dari Dinas Kesehatan Kabupaten di tiap kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969/1970 dan kemudian disebut Puskesmas.
  • Tahun 1952 
Pelatihan intensif dukun bayi dilaksanakan
  • Tahun 1956 
Dr.Y.Sulianti mendirikan “Proyek Bekasi” sebagai proyek percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat dan pusat pelatihan, sebuah model keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis.
  • Tahun 1967 
Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A, tipe B, dan C.
  • Tahun 1968 
Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (Depkes) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya/kabupaten.
  • Tahun 1969 
Sistem Puskesmas disepakati 2 saja, yaitu tipe A (dikepalai dokter) dan tipe B (dikelola paramedis). Pada tahun 1969-1974 yang dikenal dengan masa Pelita 1, dimulai program kesehatan Puskesmas di sejumlah kecamatan dari sejumlah Kabupaten di tiap Propinsi.
  • Tahun 1979 
Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B, hanya ada satu tipe Puskesmas saja, yang dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata dan standard). Selanjutnya Puskesmas dilengkapi dengan piranti manajerial yang lain, yaitu Micro Planning untuk perencanaan, dan Lokakarya Mini (LokMin) untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim.
  • Tahun 1984 
Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana di Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penaggulangan Diare, Immunisasi).
  • awal tahun 1990-an 
Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga memberdayakan peran serta masyarakat, selain memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.